1.
1.
Koperasi Bukan Lagi Badan Usaha Kelas Bawah
Jakarta - Koperasi seringkali masih dianggap sebagian
kalangan sebagai badan usaha kelas dua di Indonesia. Padahal potensi dan
kekuatan koperasi yang bersumber dari anggota-anggotanya bisa menjadikan
koperasi kokoh dalam menghadapi gejolak ekonomi. Jiwa gotong-royong yang ada di
tubuh koperasi menjadi motor utama penggerak usaha.
Didukung social capital, manajemen yang profesional,
serta inovasi di era digital akan membuat koperasi menempati posisi strategis
dalam pembangunan ekonomi. Demikian disampaikan Tedy Agustiansjah, Chairman
Multi Inti Sarana Group (MIS Group), pada acara Peluncuran Pracico Journalistic
Award (PRAJA) 2018 di The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place, Minggu
(2/9/2018).
"Dalam pengamatan kami, perlu kegotongroyongan
dari semua pihak untuk membuat koperasi eksis di negeri ini. Mulai dari
membangun persepsi dan pemahaman masyarakat luas tentang koperasi zaman now
yang bukan badan usaha dengan low image," kata Tedy.
Media massa, menurutnya, adalah stakeholder penting
yang memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat luas. PRAJA 2018 diinisiasi
MIS Group sebagai program Media Engagement MIS Financial Services. Bisnis MIS
Financial Services meliputi usaha pembiayaan, fintech, dan Kospin Pracico.
"Kami berharap ajang apresiasi PRAJA 2018 bisa
menghadirkan potret kemajuan koperasi dan kisah-kisah inspiratif kewirausahaan
di Tanah Air. Semoga ini menjadi langkah bersama yang akan menyuburkan semangat
bergotong-royong membangun Indonesia yang lebih baik," ujar Tedy.
Senada dengan Tedy, Ketua AJI Jakarta Asnil Bambani
mengatakan, kita mengenal koperasi sebagai ekonomi kerakyatan yang digaungkan
sejak lama. Namun pada kenyataannya media-media, baik nasional maupun lokal,
seringkali memposisikan koperasi sebagai pengisi halaman belakang.
"Ini sebenarnya bisa kita ubah. Koperasi dalam
konteks kekinian bukan lagi badan usaha kelas bawah. Koperasi di dunia seperti
Fonterra, Ace Hardware, dan FC Barcelona, membuktikan bahwa koperasi bisa
besar. PRAJA bisa menjadi trigger buat jurnalis menulis dan memberitakan bahwa
koperasi adalah masa depan ekonomi Indonesia," ujar Asnil yang duduk
sebagai salah satu Dewan Juri PRAJA 2018.
Selain Asnil Bambani, Redaktur Pelaksana Republika
Subroto, Dewan Juri PRAJA 2018 adalah Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi
Sembiring, Staf Khusus Menkop UKM Agus Muharram, Kadiv Foto & Artistik
Media Indonesia Hariyanto Boejl, Head of Corporate & Marketing
Communication MIS Group Ita Luthfia, dan Redaktur Foto Kontan Hendra Suhara.
Pada kesempatan yang sama, Sesmenkop UKM Meliadi
Sembiring menyebutkan, jumlah wirausaha di Indonesia kini tercatat sekitar 3,1%
dari total penduduk atau sekitar 8,06 juta jiwa, sementara kontribusi koperasi
terhadap PDB nasional sebesar 4,48%. Kementerian Koperasi dan UKM mendukung
penyelenggaraan PRAJA 2018 sebagai ajang untuk mendorong pertumbuhan koperasi
dan wirausaha di Indonesia.
"Diharapkan PRAJA bisa menjadi suatu sinergi yang
efektif antara kementerian dengan pelaku ekonomi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan secara merata," kata Meliadi.
Sementara itu menurut Asisten Deputi Penyuluhan
Kemenkop UKM Bagus Rachman, pada era revolusi industri 4.0 tidak ada yang
berubah dalam nilai-nilai yang dijalankan oleh koperasi. Sejak dahulu hingga
saat ini, koperasi zaman now adalah koperasi yang menjalankan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai yang diyakini secara konsisten antar anggotanya atau dapat
disebut sebagai genuine co-operative.
Teknologi digital dan Internet of Things (IoT) yang
ditawarkan kepada dunia usaha saat ini dapat dimanfaatkan oleh koperasi sebagai
alat untuk efisiensi pelayanan koperasi kepada anggota.
"Koperasi zaman now adalah koperasi yang dapat
menggunakan sarana teknologi informasi tersebut dengan bijak dan semata-mata
untuk memberikan manfaat yang lebih baik kepada anggota koperasi,"
katanya.
Christina Agustin, Asisten Deputi Penelitian dan
Pengkajian Kemenkop UKM menambahkan, dalam mendukung kebijakan pengembangan
kewirausahaan, Kemenkop UKM pada tahun 2018 melaksanakan program prioritas
utama dengan fokus kegiatannya seperti pelatihan dan bimbingan teknis bagi para
pemula, memberikan fasilitas permodalan bagi wirausaha pemula melalui Kredit
Usaha Rakyat.
Kemudian fasilitas pinjaman dana bergulir bagi
wirausaha muda melalui LPDB KUMKM, fasilitas promosi dan pameran untuk produk
yang dihasilkan pelaku usaha dan wirausaha pemula berbasis IT, dan fasilitasi
hak cipta dan hak merek serta IUMK bagi wirausaha pemula.
Pada ajang kompetisi PRAJA 2018 ada dua kategori yang
dilombakan yaitu karya tulis (berupa berita, feature, atau in depth reporting)
dan Karya Foto (berupa foto berita atau feature). Penerimaan karya dimulai 3
September hingga 3 Oktober 2018. Karya tersebut harus sudah dipublikasikan di
media massa dan/atau social media peserta selama periode 1 Januari 2017 hingga
2 Oktober 2018.
Pemenang akan diumumkan
pada 16 November 2018 melalui social media @kospinpracico pada Instagram dan
Kospin Pracico pada Facebook, serta website www.pracico.com. Sedangkan Malam
Penganugerahan PRAJA 2018 akan diselenggarakan pada 16 November 2018 di Jakarta.
( Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4194783/koperasi-bukan-lagi-badan-usaha-kelas-bawah?_ga=2.44899172.151637435.1540915445-1889771239.1540915445
)
2.
Rupiah Jatuh, Perkuat Koperasi dan UKM Bisa Jadi Solusi
JAKARTA - Pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus berlangsung,
menurut Asosiasi Manajer Koperasi Indonesia (AMKI) ada yang salah dalam
penanganan nilai tukar rupiah yang sudah terjadi sangat lama pada beberapa
rezim pemerintahan termasuk pada kabinet Jokowi saat ini. Kondisi ini terjadi
karena kebijakan kurang tepat sehingga timbul double deficit, trade deficit dan
financial deficit.
Defisit neraca berjalan
mencapai USD 8 miliar sampai bulan Juli 2018 dan utang telah mencapai 34% dari
PDB. Akhir Juni lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution
mengatakan bahwa lemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS, dipengaruhi neraca
perdagangan yang membuat defisit transaksi berjalan (current account
deficit/CAD) neraca perdagangan. Hal itu menjadi faktor internal dari pelemahan
nilai tukar rupiah.
Bank Indonesia (BI)
mencatat CAD pada kuartal I/2018 sebesar USD5,5 miliar (2,1% dari Produk
Domestik Bruto/PDB). Bukan cuma current account deficit-nya, tapi neraca
perdagangannya juga. Artinya ekspor barang dan impor barang defisit.
Terkait kejatuhan nilai
tukar rupiah, AMKI menerangkan kebijakan yang tepat dalam pengembangan sektor
riil bisa menjadi solusi mengangkat kembali mata uang Indonesia.
"Saat ini pelemahan
rupiah hanya didekati dari sisi moneter. Kami mencermati pelemahan rupiah dalam
jangka panjang harus diselesaikan pada upaya membangun sektor riil yang tangguh
yang melibatkan koperasi dan UKM di negeri ini," ujar Ketua Umum Asosiasi
Manajer Koperasi Indonesia (AMKI) Sularto lewat keterangan resmi di Jakarta,
Rabu (5/9/2018).
Jika pembangunan koperasi
berjalan benar, koperasi yang berbasis sektor riil akan hidup dan fundamental
ekonomi akan kuat. Fundamental ekonomi yang kuat harus digerakkan pada upaya
membangun industri yang bukan hanya mampu mencukupi kebutuhan ekonomi dalam tetapi
juga berorientasi ekspor.
"Saat ini nyaris
tidak ada koperasi yang mampu bergerak di sektor riil apalagi menyumbang ekspor.
Seperti yang kita ketahui bersama ekspor Indonesia saat ini paling banyak
didominasi oleh ekspor bahan mentah," jelasnya.
Saat ini, Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengumumkan kontribusi sektor koperasi
terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) per triwulan III 2017 mencapai
4,48%. Adapun nilai PDB nasional per
triwulan III 2017 mencapai Rp10.096 triliun.
Dengan demikian,
kontribusi sektor koperasi terhadap PDB Nasional, berdasar data per triwulan
III 2017, nilainya setara Rp452 triliun. Kami menyakini jika koperasi sektor
produksi dan berorientasi ekspor dibangun dengan baik, kontribusi koperasi
terhadap PDB akan naik. ( Sumber : https://ekbis.sindonews.com/read/1335929/34/rupiah-jatuh-perkuat-koperasi-dan-ukm-bisa-jadi-solusi-1536145534
)
3.
Koperasi di RI Sudah Lebih Berkualitas
Liputan6.com, Jakarta -
Pendiri Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari, Sahala Panggabean mengungkapkan
kondisi koperasi di Indonesia saat ini. Menurutnya, koperasi di Indonesia tidak
lagi didasarkan pada kuantitas melainkan kualitas.
Hal itu ditandai dengan
banyaknya koperasi tidak aktif yang dibekukan atau dilikuidisasi di era
kepemimpinan Jokowi-JK di bawah intruksi Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung
Gede Ngurah Puspayoga.
"Yang kami
garisbawahi pada era pemerintahan bapak Jokowi dan JK bersama Pak Menteri
Puspayoga bahwa semula jumlah koperasi 212.570 unit langsung banyak dipangkas
menjadi 152.714 unit. Ada jumlah 59.876 yang dibubarkan," kata Sahala
dalam acara ulang tahun ke 20 Nasari di Gedung Smesco, ditulis Jumat (7/9/2018).
Dia mengungkapkan, sejak
2017 tercatat koperasi yang aktif sebanyak 80.088 unit. "Artinya aktif ini
adalah konsekuen melaksanakan rapat anggota tahunan sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada pengurus, anggota dan stakehokder," ujarnya.
Sementara sisanya yang tidak
aktif sekitar 72.706 unit koperasi. Koperasi yang tidak aktif tersebut sudah
dibubarkan.
"Saat ini juga
terakhir tahu 2018 ada 149.821 masih ada lagi yang dibubarkan atau dilikuidasi
sebanyak 3.531 unit.
"Jadi selama
Pemerintahan Jokowi sudah dibekukan koperasi yang tidak aktif 63.387 koprasi.
Artinya disini tidak lagi main-main untuk memajukanan koperasi. Bukan lagi
kuantitas tapi kualitas bahwa koperasi penggerak ekonomi rakyat.
Dia mengungkapkan
kontribusi Koperasi pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga cukup besar.
"Dari koperasi
sekarang ini PDB dapat dinyatakan tahun 2014 1,71 persen, di 2015 naik jadi
4,41 persen. Tahun 2016 turun sedikit jadi 3,99 persen dan tahun 2017 4,48
persen. Direncanakan tahun 2017 bisa 6,5 persen." kata dia.
Kondisi tersebut
ditunjang oleh beberapa kelonggaran atau relaksasi relugasi dari pemerintah.
Salah satunya adalah penurunan pajak koperasi dan beberapa kemudahan lainnya.
"Pajak diturunkan menjadi 0,5 persen." kata dia.
Koperasi juga mempunyai
indikator yang sama dengan perbankan, salah satunya adalah rasio Non Performing
Loan (NPL) atau kredit bermasalah.
"Ada rasio-rasio
yang sama dengan perbnakan bahwa rasio NPL atau kredit macet itu hanya di bawah
2 persen per bulan sedangkan kalau perbankan NPL 5 persen masih ambang
dinyatakan sehat. Tetapi kami Nasari rata-rata di bawah 2 persen." tutup
dia. ( Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3638701/koperasi-di-ri-sudah-lebih-berkualitas
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar